
BULETIN JUM'AT ONLINE
Edisi 29 / Th. I / Sya'ban 1434 H
Oleh : Syaikh DR. Ridho Busyamah
Segala Puji milik Allah yang menggantikan siang dengan malam dan sebaliknya, menjadikan hari-hari dan waktu untuk melakukan ketaatan dan menggapai derajat pahala. Tidaklah berakhir satu musim ketaatan kecuali Allah munculkan dengan musim lain untuk memperbaharui iman dan ketergantungan kepada Allah Al-Wahid Al-Qohhar.
Dan saat ini kita memasuki bulan dari bulan-bulan ketaatan namun kebanyakan manusia melalaikannya. Nabi Ash-Shodiqul Masduq (yang benar dan dibenarkan) telah mengabarkan demikian ketika ditanya oleh Usamah bin Zaid Radhiyallaahu ‘Anhu, "Wahai Rasulullah mengapa aku tidak melihat engkau berpuasa dalam satu bulan, seperti engkau berpuasa di bulan Sya’ban ini ?" Rasul menjawab : ”Sya’ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadhan yang dilalaikan oleh manusia. Di bulan Sya’ban ini diangkat amal-amal kepada Rabbul 'Alamin. Maka aku suka untuk diangkat amalanku sedangkan aku sedang berpuasa." (HR. An-Nasai dalam As-Sunan (2356) dan dihasankan oleh Al-Albani dalam Al Irwa’ 4 / 103)
Adalah Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi wa Sallama memperbanyak shaum di bulan Sya’ban, sebagaimana yang disampaikan oleh 'Aisyah Radhiyallaahu ‘Anha, "Adalah Rasulullah berpuasa sampai-sampai kami mengira beliau tidak berbuka dan sebaliknya berbuka sampai dikira tidak pernah berpuasa. Saya tidak melihat beliau berpuasa penuh kecuali di bulan Ramadhan, dan tidak aku lihat beliau memperbanyak puasa seperti di bulan Sya’ban." (HR. Bukhari 1969 dan Muslim 2721)
Dan 'Aisyah meriwayatkan pula, "Tidaklah Nabi Shalallaahu 'Alaihi wa Sallama berpuasa lebih banyak kecuali di bulan Sya’ban, maka sesungguhnya beliau berpuasa Sya’ban sepanjang bulan dan berkata “Kerjakanlah amalan yang kalian mampu sesungguhnya Allah tidak bosan hingga kalian bosan…." (HR. Bukhari 1970 dan Muslim 2723)
Nabi Shallallaahu 'Alaihi wa Sallama menjelaskan dengan perbuatan dan ucapan menunjukkan perhatiannya yang besar dengan bulan mulia ini, dimana kebanyakan manusia melalaikannya, karena menyangka tidak ada kemuliaan dengan berpuasa di bulan Sya’ban ini dan bahwasannya kaum Muslimin tidak berpuasa kecuali di bulan Ramadhan serta beberapa hari saja sebagai sunnah.
Akan tetapi orang yang mendapat taufiq dari Allah untuk memperhatikan bulan ini, akan mempersiapkan diri dengan bulan penuh kebaikan dan barkah. Maka jangan sampai lalai di bulan Sya’ban ini mengikuti contoh Rasulullah Shalawatullaah wa Salamuh ‘Alaih. Kemudian bersungguh sungguh dalam berpuasa sebagimana dicontohkan Nabi yang ingin amalannya diangkat kehadapan Allah sedang dia berpuasa, maka didapatkan ganjaran dan pahala, ketinggian disisi Allah. Di antara faidah lain adalah sebagai persiapan menghadapi bulan Ramadhan, maka siapa yang berpuasa sedikit atau banyak di bulan Sya’ban akan terbiasa di atas puasa dan ketaatan. Maka keadaanya ibarat pendahuluan bagi bulan agung dalam melakukan ketaatan.
Oleh karenanya, sebagian salaf berebut ketaatan di bulan Sya’ban. Adalah Salamah bin Kuhail berkata : ”Bulan ini adalah bulan membaca (Al-Qur'an). Juga Habib bin Abi Tsabit apabila memasuki bulan Sya’ban berkata, “Hadza Syahrul Qurra.” (ini adalah bulannya para qori). Dan 'Umar bin Qois Al-Mala-i apabila memasuki Sya’ban menutup tokonya untuk membaca Al-Qur’an.
Semua ini adalah sebagai persiapan menyambut bulan kebaikan dan barakah yakni Ramadhan. Maka seorang Muslim baik sekali untuk mengulang (muraja’ah) hafalan Al-Qur’an di bulan ini, terutama bagi yang memiliki tanggung jawab nantinya di dalam sholat tarawih sebelum tibanya ramadhan, sehingga dirinya benar-benar siap mengimami manusia dengan membaca Al-Qur'an sebagaimana mestinya tidak melakukan kesalahan di dalam sholatnya sebagaimana kita saksikan terjadi pada sebagian imam-imam masjid. Semoga Allah tunjukan hidayah pada mereka.
Di dalam hadist ini pula terdapat keterangan bahwasannya amalan -amalan yang ditampakkan kepada Allah di bulan ini adalah amalan setahun. Telah datang keterangan lain bahwa amalan ditunjukkan kepada Allah di akhir setiap harinya dan juga di hari senin dan kamis. Imam Ibnul Qoyyim menyebutkan riwayat-riwayat ini kemudian berkata : ”Amalan itu diangkat dan ditampakkan kepada Allah, maka amalan umum diangkat di bulan Sya’ban sebagimana dikabarkan oleh Nabi bahwasannya bulan Sya’ban adalah bulan diangkatnya amalan di mana berkata : ”Fa ahibb an yur’fa’ ‘amalii wa ana shoim.“ Dan juga ditampakkan amalan sepekan di hari senin dan kamis sebagaimana telah tetap juga dari Nabi Shallallaahu 'Alaihi wa Sallama. Dan ditampakkan amalan siang di bagian akhir siang dan amalan malam di akhir malam sebagimana dalam hadits Abu Musa yang diriwayatkan Al-Bukhari dari Nabi Shallallaahu 'Alaihi wa Sallama, “Diangkat kepada Allah amalan malam sebelum siang, dan amalan siang sebelum masuk malam.” Ini menujukkan diangkatnya amalan harian lebih khusus dibandingkan pada hari senin dan kamis. Dan hari senin kamis lebih khusus dari pengangkatan amal di bulan Sya’ban. Kemudia apabil datang ajal maka diangkat seluruh amal dan ditunjukkan kepada Allah kemudian dilipa catatan dan ini proses terakhir…" (Thariqul Hijratain 1 / 133)
Maka marilah segenap kaum Muslimin memberikan perhatian khusus pada waktu-waktu mereka untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan ketaatan agar dapat menggapai keridhioan Allah. Segala puji milik Allah, Rabb langit dan bumi. Dan salawat atas Nabi kita, semoga shalawat atas Nabi-Nya, sebaik-baik manusia
Sumber : Al-Ghaflah ‘an Syahri Sya’ban
Disadur:
http://www.facebook.com/photo.php?fbid=262807870528533&set=at.111107895698532.15534.100003979656825.100001143965317&type=1&theater
Artikel:
SMIndramayu.Blogspot.Com