Oleh : Dwi Budiman, M.Pd.I
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallama bersabda, "Islam dimulai dengan keterasingan, dan akan kembali asing sebagaimana awalnya, maka beruntunglah orang-orang yang asing." (HR. Muslim no. 145)
Jika kita memperhatikan sabda Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallama di atas, setidaknya ada dua masa yang akan dilalui oleh Islam (dan umatnya). Masa pertama adalah masa awal kedatangan Islam dan masa kedua adalah masa yang sudah jauh dari masa yang pertama namun memiliki ciri yang sama dengan masa pertama itu. Ciri utama dari kedua masa itu adalah Islam dan umat Islam sama-sama terasing. Karena itu pada dua masa itu orang yang mengamalkan ajaran Islam dengan benar akan menjadi orang-orang yang terasing (Al-Ghuroba), dan mereka adalah orang-orang yang beruntung.
Para ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan orang-orang yang terasing dalam hadits di atas adalah Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallama dan para sahabatnya serta kaum Muslimin yang memahami dan mengamalkan Isalam sebagaimana Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallama dan para sahabat memahami dan mengamalkannya. Karena itu orang-orang yang terasing identik dengan orang-orang yang berbuat kebajikan ketika kebanyakan manusia berbuat kerusakan (Alladziina Yuslihuuna idzaa Fasadan-Naasu) atau dengan kata lain mereka adalah orang-orang shalih yang jumlahnya sedikit berada di tengah orang-orang banyak yang bermaksiat (An-Naasun Shaalihuuna fii Unaasi Suu'in Katsirin man Ya'shiihim Aktsaru Mimman Yu'thii'uhu).
Di masa yang pertama, yaitu di awal kedatangan Islam, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallama dan para sahabat, karena mengamalkan Islam, memang benar-benar menjadi terasing. Orang Islam yang hanya beribadah kepada Allah 'Azza wa Jalla tentu terasing di masa itu karena kebanyakan manusia menyekutukan Allah 'Azza wa Jalla dengan menyembah berhala yang jumlahnya ratusan. Orang Islam yang diharamkan minum khamr juga menjadi orang terasing di masa itu, sebab minum khamr sudah menjadi budaya sehari-hari. Orang Islam yang dilarang berzina juga menjadi terasing sebab zina sudah menjadi biasa di tengah masyarakat kala itu. Orang Islam yang amat menghormati permpuan juga menjadi terasing, sebab saat itu permpuan nyaris tak punya harga, bahkan cenderung dianggap sama dengan barang yang bebas diperlakukan bagaimana saja dan diperjual belikan kapan saja. Jadi saat itu Islam dan umat Islam betul-betul terasing.
Keterasingan Islam perlahan sirna seiring dengan bertambahnya pemeluk agama akhir zaman ini dan semakin luasnya wilayah kekuasaan khilafah Islamiyyah. Bahkan datang masanya ketika Islam menjadi sebuah peradaban besar dan menjadi 'soko guru' dunia. Saat itu Islam menjadi amat dikenal di seantero dunia, semua orang mengenal Islam dengan baik. Karena itu Islam dan umat Islam kemudian menjadi pemimpin dunia dan manusia lainnya menjadi pengikut orang-orang Islam. Di masa ini, karena keimanan dan pencapaian ilmu dan teknologi, Islam menjadi peradaban yang dapat mempengaruhi peradaban lainnya.
Maka di masa ini muncul istilah 'mozarabic', sebutan bagi orang-orang di luar Islam yang berusaha hidup seperti orang Islam. Karena ingin seperti orang Islam, orang-orang seperti ini menggunakan bahasa Arab dalam percakapan-percakapan ilmiah mereka karena memang saat itu bahasa Arab menjadi bahasa ilmiah, bahkan mereka memakai baju layaknya orang Islam, karena saat itu gaya hidup orang Islam dianggap sebagai gaya hidup orang berperadaban
Namun, lambat laun umat Islam mengalami keterpurukan. Hingga muncullah satu masa dimana pada masa itu Islam dan umat Islam yang menjalankan ajaran Islam sebagaimana Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallama dan para sahabat dulu menjalankannya kembali dianggap asing. Inilah masa kedua yang dijelaskan oleh hadits di atas. Terdapat perbedaan antara masa pertama dan masa kedua ini. Jika di masa pertama, yaitu di masa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallama dan para sahabat dulu, Islam dan umat Islam terasing karena memang jumlah mereka sedikit. Sementara di masa kedua ini, Islam dan umat Islam kembali terasing bukan karena jumlah mereka sedikit, tapi sebaliknya, jumlah umat Islam amat banyak. Namun di antara mereka hanya sedikit dan yang memahami dan mengamalkan Islam sebagaimana Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallama dan para sahabatnya dulu memahami dan mengamalkan Islam. Fenomena ini sebagaimana yang dijelaskan dalam satu hadits, "Akan datang satu masa dimana bangsa-bangsa akan bersatu memperebutkan kalian sebagaimana makanan di meja diperebutkan." Sahabat bertanya, "Apakah jumlah kami saat itu sedikit ?" Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallama menjawab, "Tidak, bahkan jumlah kalian banyak, akan tetapi kalian seperti buih dilautan." (Sunan Abu Dawud no. 4299)
Sehingga sekalipun jumlah kaum Muslimin banyak namun yang benar-benar berpegang pada Islam sebagaimana dulu Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallama dan para sahabatnya berpegang hanya sedikit itu akhirnya menjadi orang-orang yang terasing.
Sementara sebagian besar kaum Muslimin lainnya tidak lagi berpegang teguh kepada ajaran Islam. Agama mereka masih tetap muslim tapi mereka lebih memilih untuk hidup dengan cara-cara kaum Yahudi dan Nasrani, sebagaimana yang dikabarkan Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallama : "Sungguh kamu akan mengikuti ajaran kaum sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga seandainya mereka masuk lubang biawak, kamu akan mengikutinya juga." Sahabat bertanya, "Apakah yang anda maksud adalah orang Yahudi dan Nasrani ?" Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallama menjawab, "Siapa lagi ?" (Shahih Bukhari, 4 / 3456)
Inilah potret umat Islam dewasa ini. Jumlah mereka memang banyak tapi sedikit di antara mereka yang masih berpegang teguh kepada ajaran Islam. Mereka, sadar ataupun tidak, lebih memilih hidup dengan cara orang-orang Yahudi dan Nasrani yang dimasa ini bersatu dalam sebuah kelompok bernama peradaban barat. Sebagai peradaban yang sedang memimpin dunia, peradaban barat memang memiliki satu misi agar cara hidup mereka diikuti dan dipakai oleh seluruh manusia di bumi ini. Karena itu mereka kemudian menggulirkan sebuah gerakan bernama globalisasi, satu gerakan untuk mengglobalkan cara hidup peradaban barat ke seluruh dunia agar semua orang hidup dengan cara mereka. Karena itu globalisasi sekarang ini seseungguhnya adalah westernisasi (pembaratan).
Dan kemudian banyak kaum Muslimin yang terpengaruh oleh gerakan ini sehingga mereka lebih memilih cara hidup peradaban barat daripada cara hidup Islami. Lihatlah dalam urusan berpakaian, banyak perempuan muslim yang lebih memilih untuk berpakaian dengan cara peradaban barat yang tidak memperhatikan batasan aurat, dibanding dengan cara berpakaian Islam yang mengharuskan menutup aurat.
Lihat pula cara kaum akademisi muslim yang lebih senang menggunakan metode para orientalis daripada metode Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallama dan para sahabatnya dalam memahami Islam. Padahal metodologi orientalis dalam memahami Islam tidak pernah bisa menambah keimanan dan ketakwaan mereka kepada Allah 'Azza wa Jalla.
Inilah kondisi umat Islam dewasa ini, dalam kondisi seperti ini sudah selayaknya kita lebih memilih untuk menjadi orang-orang yang terasing agar kita menjadi orang-orang yang beruntung. Wallaahu A'lam.
[Buletin DDII No. 38 Th. XXXVIII 1432 H]
Disadur:
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=297817840360869&set=at.111107895698532.15534.100003979656825.100001143965317&type=1&theater