Para pembaca yang budiman, perlu untuk kita ketahui bersama bahwa pada dasarnya jiwa manusia itu menyukai hal-hal yang buruk, yaitu hal-hal yang menyelisihi perintah Allah. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada keburukan.” (QS. Yusuf: 53). Jika demikian keadaannya, tentunya kebenaran adalah sesuatu yang teramat berat bagi jiwa manusia.
Segala puji bagi Allah yang telah mengutus Nabi-Nya dengan membawa agama yang penuh dengan kemudahan. Dan ini merupakan bentuk kasih saying Allah kepada hamba-hamba-Nya. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya’: 107). Keberhasilan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam menyampaikan kebenaran kepada manusia pastilah mempunyai rahasia yang agung dan patut kita pelajari.
Dakwah Butuh Kelembutan
Kebenaran yang pada asalnya susah untuk diterima oleh jiwa, ketika disampaikan dengan cara yang buruk, cara yang kasar, tentunya justru akan membuat orang semakin lari dari kebenaran. Oleh karena itulah, dakwah pada dasarnya harus disampaikan dengan cara lemah lembut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya tidaklah kelemahlembutan itu ada pada sesuatu melainkan akan menghiasinya. Dan tidaklah kelemah-lembutan itu tercabut dari sesuatu kecuali akan membuatnya menjadi jelek.” (HR. Muslim)
Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan mauidzoh hasanah (pelajaran yang baik) dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125)
Faidah Berlemah Lembut di Dalam Dakwah
Para pembaca yang budiman, lemah lembut di dalam berdakwah mempunyai banyak sekali faidah. Salah satu di antaranya adalah dapat menyadarkan orang-orang yang telah terjerumus dalam perbuatan dosa dan maksiat. Allah berfirman yang artinya, “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan dia ada permusuhan, seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (QS. Al-Fushshilat: 34)
Contoh Sikap Lemah Lembut Rasulullah di Dalam Berdakwah
Para pembaca yang budiman, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sosok teladan bagi kita dalam hal akhlaq dan perilaku. Alangkah indahnya kisah beliau ketika menasihati seseorang yang hendak berbuat kemaksiatan. Kisah ini dituturkan oleh sahabat beliau, Abu Umamah. Beliau bercerita, “Sesungguhnya ada seorang pemuda datang kepada Rasulullah lalu berkata, ‘Wahai Rasulullah, izinkanlah aku untuk berbuat zina’. Lalu ada sekelompok orang yang mendatangi dan menegurnya, ‘Diam… Diam…!!’ Lalu beliau bersabda (kepada para sahabat beliau), ‘Dekatkan ia kepadaku.’ Lalu ia pun mendekati beliau. Setelah ia duduk, beliau bertanya, ‘Apakah kamu senang apabila ada orang menzinai ibumu?’ Ia menjawab, ‘Tidak, Demi Allah. Semoga Allah menjadikan aku tebusan bagimu’. Beliau bersabda, ‘Manusia pun tidak senang apabila ada orang menzinai ibunya’. Beliau bertanya lagi, ‘Apakah kamu senang apabila ada orang menzinai putrimu?’ Ia menjawab, ‘Tidak, Demi Allah. Semoga Allah menjadikan aku tebusan bagimu’. Beliau bersabda, ‘Manusia pun tidak senang apabila ada orang menzinai putrinya’. Beliau bertanya lagi, ‘Apakah kamu senang apabila ada orang menzinai saudarimu?’ Ia menjawab, ‘Tidak, Demi Allah. Semoga Allah menjadikan aku tebusan bagimu’. Beliau bersabda, ‘Manusia pun tidak senang apabila ada orang menzinai saudarinya…’ Lalu beliau meletakkan tangannya kepada pemuda tadi sambil berdoa, ‘Ya Allah, ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya dan jagalah kemaluannya’. Setelah peristiwa itu, pemuda tadi tidak berfikir untuk berbuat zina lagi’. (HR. Ahmad, Shohih)
Catatan Penting
Para pembaca yang budiman, yang patut kita perhatikan adalah hendaklah bagi orang yang berdakwah meluruskan niat untuk ikhlas karena Allah Ta’ala semata. Yaitu dengan mengharap pahala dari Allah dan bermaksud untuk menghilangkan kebodohan dari orang lain, serta agar mereka taat kepada Allah Ta’ala. Tidaklah dakwah kita itu bertujuan agar orang lain masuk ke organisasi kita dan tidak ke organisasi yang lain, masuk ke partai tertentu dan tidak ke partai yan lain ataupun tujuan duniawi lainnya. Apabila kita sudah berusaha di dalam berdakwah, ikhlas kepada Allah semata namun orang yang kita dakwahi belum atau tidak menerima dakwah kita, janganlah terburu-buru untuk memvonis bahwa orang yang kita dakwahi tersebut telah menolak kebenaran. Namun hendaknya kita selalu instrospeksi diri. Mungkin cara kita salah atau mungkin kita tidak sanggup untuk menjelaskannya dengan gamblang atau mungkin faktor-faktor yang lain. Akhirnya, semoga Allah memberikan taufik kepada kita semua dan kita juga berdoa kepada Allah agar berkenan untuk memperbaiki keadaan kaum muslimin serta membukakan hati-hati mereka untuk memerima kebenaran. Amin.
***
Penulis: Ibnu Ali Sutopo Yuwono
[/]. Disadur: Muslim.or.id
Artikel
SMIndramayu.Blogspot.Com