Marhaban Yaa Ramadhan …!
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah Ta'ala semata. Karena dengan rahmat dan hidayah-Nya kita sudah memasuki bulan Ramadhan, bulan yang agung dan musim tanam amal yang mulia sudah datang kepada kita. Bulan yang setiap kebaikan akan dilipat-gandakan, bulan yang di dalamnya diturunkan al-Qur'an, bulan yang di dalamnya terdapat satu malam yang nilainya lebih baik daripada satu bulan. Bulan yang Allah Ta'ala lebihkan bagi umat ini atas umat-umat yang lain.
Karena begitu banyaknya keutamaan dan karunia yang Allah Ta'ala limpahkan kepada kita, maka marilah kita sambut bulan yang suci ini dengan memperbanyak amal shalih sebagai ungkapan rasa syukur dan taqwa kita kepada-Nya. Berikut ini beberapa penjelasan singkat tentang amaliah-amaliah di bulan Ramadhan yang sesuai syari'at :
1. Shaum (Puasa)
Shaum (puasa) secara bahasa adalah Al-Imsak yang artinya menahan. Adapun menurut istilah syar'i adalah menahan diri dari perkara yang membatalkan puasa (seperti makan, minum, berjima') dari mulai terbit fajar kedua (shadiq) sampai terbenam matahari dengan niat. (Al-Istimsaak fii Ahkaami Shiyaamil Mubaarak, hlm. 1)
Orang yang sedang berpuasa tidak hanya dituntut untuk menahan diri dari perkara-perkara yang membatalkan, tetapi juga dituntut untuk tidak melakukan hal-hal yang bisa merusak nilai (pahala) dari ibadah puasanya, seperti perkataan dusta, keji, amarah, bertengkar dan perbuatan maksiat lainnya. Tentang hal ini Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallama bersabda, "Bukanlah shaum itu hanya menahan dari makan dan minum saja, tapi shaum juga menahan diri dari kesia-siaan dan sikap keji, maka jika seseorang mencacimu atau bertindak bodoh kepadamu, katakanlah, Aku sedang shaum, aku sedang shaum." (HR. Al-Hakim I / 430-431)
Orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan. Pertama dengan menyempurnakan puasa yang telah Allah Ta'ala anugerahkan kepadanya dan menguatkannya dengan mengkonsumsi yang halal berupa makanan dan minuman. Yang kedua adalah berbahagia ketika berjumpa dengan Rabbnya dengan memiliki simpanan pahala puasa. Ketahuilah, bahwa puasa itu tiada lain agar manusia berhias diri dengan ketakwaan dan mencegah anggota badannya dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah Ta'ala.
2. Qiyaamur Ramadhan / Tarawih
Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallama bersabda, "Barangsiapa qiyaamur ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, maka diampuni baginya dari dosa yang terdahulu." (HR. Bukhari no. 2009)
Tarawih secara bahasa artinya istirahat atau santai (tidak tergesa-gesa). Namun seringkali kita menyaksikan begitu banyak dari sebagian kaum Muslimin yang melaksanakan shalat tarawih justru dengan tergesa-gesa, bahkan sampai mengabaikan thuma'ninah dan ketartilan membaca bacaan-bacaan shalat, termasuk Al-Fatihah.
Mayoritas dari imam-imam masjid kaum Muslimin ketika membaca Al-Fatihah, mereka membacanya dengan terburu-buru dan tidak mencermati hukum tajwidnya, serta terkesan hanya dengan satu helaan nafas ketika membaca Al-Fatihah atau surat yang lainnya. Padahal thuma'ninah sebagaimana para ulama telah sepakat merupakan salah satu rukun dari rukun-rukun shalat. Artinya, jika seseorang shalatnya tidak disertai thuma'ninah, maka tidak sah shalatnya. Hal ini sebagaimana Nabi Shallallaahu 'Alaihi wa Sallama pernah bersabda, "Tidak cukup shalat seseorang, sehingga ia menegakkan (meluruskan) punggungnya ketika rukuk dan sujud." (HR. Abu Dawud I / 533, Syaikh Al-Albani menshahihkannya dalam Shahih Al-Jami' no. 7224)
3. Tadarus Al-Qur'an
Dari Ibnu 'Abbas Radhiyallaahu 'Anhuma menuturkan, "Adalah Jibril 'Alaihissalam menemui Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallama setiap malam di bulan Ramadhan kemudian beliau bertadarus al-Qur'an bersamanya." (HR. Bukhari I / 30 dan Muslim no. 2307)
Dalam riwayat lainnya, Nabi Shallallaahu 'Alaihi wa Sallama bersabda, "Sesungguhnya Jibril mendatangi Rasulullah setiap tahun pada bulan Ramadhan sampai habis bulan Ramadhan. Beliau memperdengarkan bacaan al-Qur'an kepada Jibril. Katika Jibril menjumpai Rasulullah, beliau lebih pemurah dibandingkan dengan angin yang ditiupkan." (HR. Muslim)
Imam Nawawi Rahimahullaahu mengatakan, "Dalam hadits ini terdapat beberapa faedah, di antaranya menjelaskan tentang anjuran untuk memperbanyak kebaikan pada bulan Ramadhan, dianjurkan untuk semakin baik ketika berjumpa dengan orang-orang shalih, di antaranya juga anjuran untuk bertadarus al-Qur'anul Kariim." (Syarhun Nawawi, 15 / 69)
Syaikh Muhammad Ibn Shalih Al-'Utsaimin Rahimahullaahu berkata, "Mengkhatamkan al-Qur'an pada bulan Ramadhan bagi orang yang sedang berpuasa bukan suatu hal yang wajib. Namun pada bulan Ramadhan, semestinya kaum Muslimin lebih memperbanyak membaca al-Qur'an, sebagaimana sunnah Rasulullah. Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallama didatangi oleh malaikat Jibril pada setiap Ramadhan untuk mendnegarkan bacaan beliau." (Majmu' Fatawa wa Rasaa-il, Syaikh Muhammad Ibn Shalih Al-'Utsaimin, 20 / 184)
4. Menggemarkan Shadaqah
Seorang Muslim dianjurkan untuk memperbanyak shadaqah di bulan Ramadhan, karena seutama-utamanya shadaqah adalah pada bulan Ramadhan. Selain itu, shadaqah adalah amal shalih yang dapat menjaga kita dari api neraka meskipun dengan (menginfakan) separuh biji kurma. Sebagaimana Nabi Shallallaahu 'Alaihi wa Sallama bersabda, "Bentengilah diri kalian dari neraka walau dengan sebiji kurma." (HR. Bukhari dan Muslim)
Di antara jenis shadaqah yang sangat dianjurkan yaitu Ifthaarus Shaaimiin (memberi makan orang yang berpuasa). Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallama bersabda, "Barangsiapa memberi makan buka puasa kepada orang yang berpuasa, maka ia mendapat pahala sebagaimana orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut sedikit pun." (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah dengan sanad shahih)
Dalam hadits lain dikatakan, Ibnu 'Abbas Radhiyallaahu 'Anhuma berkata, "Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallama adalah orang yang sangat dermawan dan kedermawanan beliau makin bertambah di bulan Ramadhan. Dan sungguh beliau lebih dermawan melebihi angin yang berhembus." (HR. Bukhari I / 30 dan Muslim no. 2307)
5. Banyak Berdo'a di Saat Sahur dan Menjelang Berbuka
Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallama bersabda, "Sungguh Allah memiliki hamba-hamba yang dibebaskan dari neraka setiap siang dan malam bulan Ramadhan, dan setiap Muslim mempunyai do'a yang dia berdo'a dengannya maka Allah akan mengabulkannya." (HR. Al-Bazzar no. 3124, Ahmad II / 254, Ibnu Majah no. 1643 dari Jabir Radhiyallaahu 'Anhu)
Di dalam hadits yang lain Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallama bersabda, "Ada 3 orang yang tidak tertolak do'anya, seseorang yang berpuasa sehingga berbuka, seorang pemimpin yang adil dan seorang yang terdzhalimi." (HR. Ibnu Hibban 5 / 298 no. 3419. Lihat Silsilah Shahiihah 4 / 406 no. 1797)
6. Umroh di Bulan Ramadhan
Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallama bersabda, "Umroh di bulan Ramadhan (pahalanya) sebanding dengan haji atau haji bersamaku." (HR. Bukhari no. 1782 dan Muslim no. 1256 dari Ibnu 'Abbas Radhiyallaahu 'Anhuma)
Namun perlu dipahami lebih dalam bahwa meskipun mengerjakan umroh di bulan Ramadhan ganjarannya sama dengan ibadah haji, maka kita tidak berarti menggugurkan kewajiban haji bagi yang belum melaksanakannya.
7. Mencari Lailatul Qadr
Allah Ta'ala berfirman : "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur'an) pada malam yang diberkahi." (Qs. Ad-Dukhaan : 3)
Dan dalam ayat lain disebutkan : "Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan al-Qur'an." (Qs. Al-Baqarah : 185)
Selain dari kedua ayat tersebut, Allah Ta'ala juga berfirman : "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur'an) pada lailatul qadr. Dan tahukah kamu apa lailatul qadr itu ? (Yaitu) Malam yang lebih baik dari 1000 bulan, pada malam itu turun malaikat dan ruh (Jibril) dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan, malam itu (penuh) kesejahteraan hingga terbit fajar." (Qs. Al-Qadr : 1-5)
Menurut pendapat yang paling kuat tentang terjadinya Lailatul Qadr itu adalah pada malam ganjil (21, 23, 25, 27, 29) di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Hal ini berdasarkan hadits 'Aisyah Radhiyallaahu 'Anha, dia berkata, Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallama bersabda, "Carilah Lailatul Qadr di (malam ganjil) pada sepuluh hari bulan Ramadhan." (HR. Bukhari 4 / 225 dan Muslim no. 1169)
Jika seseorang merasa lemah dan tidak mampu, janganlah sampai terluput pada 7 hari terakhir, berdasarkan riwayat dari Ibnu 'Umar Radhiyallaahu 'Anhuma, dia berkata, Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallama bersabda, "Carilah pada 10 hari terakhir, jika tidak mampu maka jangan sampai terluput 7 hari sisanya." (HR. Bukhari 4 / 221 dan Muslim no. 1165)
8. I'tikaf
I'tikaf berasal dari kata, 'Akafa-Ya'kifu atau Ya'kufu-'Ukuufan yang berarti menetapi sesuatu dan menahan daripadanya, adapun menurut istilah syar'i adalah seseorang berdiam diri atau menetap di masjid dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah dengan sifat atau cara tertentu." (Syarhu Muslim 8 / 66 dan Fathul Baari 4 / 271)
I'tikaf di bulan Ramadhan adalah amalan yang sangat dianjurkan pelaksanaannya, karena Rasulullah tidak pernah meninggalkannya sampai Allah Ta'ala mewafatkan beliau. Sebagaimana perkataan 'Aisyah Radhiyallaahu 'Anha, "Bahwasanya Nabi Shallallaahu 'Alaihi wa Sallama ber-i'tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, sehingga Allah mewafatkannya. Kemudian isteri-isteri beliau ber-i'tikaf setelah beliau wafat." (HR. Bukhari no. 2026 dan Muslim no. 1172)
Sumber: Buletin Jum'at Al-Hujjah
Disadur:
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=271463512996302&set=at.111107895698532.15534.100003979656825.100001143965317&type=1&theater
Artikel:
SMIndramayu.Blogspot.Com